Berdamai dengan Kehilangan
Namaku Kaela, semenjak adek kecilku kesayanganku meninggal aku, ayah maupun ibu tidak bisa pulih dari rasa sakit atas kehilangan adikku. Tapi berangsurnya waktu aku dan ayah sudah mulai pulih. Tapi tidak dengan ibu
"Bu, Lea hari ini ambil rapor. Ibu datang?." Tanyaku pada Ibu yang memasak
Ibu menghela nafas,"Ibu mau kemakam adekmu, sama ayah ya."
Aku mengangguk, kalau sudah seperti ini bagaimana lagi. "Ayah, bisa jemput raporku nggak?."
"Ayah agak sibuk dikantor nak, tapi ayah usahain ya."
Aku mengangguk, lalu ibu menghidangkan makanan.
"Hmm, biasanya kita makan disini berempat ya?, sekarang cuma bertiga." Celetuk ibu yang sedang menyiapkan nasi ayah
Ayah menghela nafas, "Bu, kita harus bisa pulih lagi, kamu juga harus tau kita sekarang masih punya Kalea kan?."
Ibu terpaku,"Ayah nyuruh ibu buat lupain adek?, ibu nggak bakal bisa lupain adek yah."
Aku sudah tahu ini, setiap kali ayah memperingati ibu, pasti mereka selalu berdebat
"Udah yah, Bu, kalian selalu aja berantem. Kalian pikir anak kalian cuman adek?, trus aku ni siapa?."
Dengan perasaan campur aduk aku memilih untuk menyelesaikan makanku dan berlari pergi tanpa pamit
"Ayah capek Bu, kamu egois nggak pernah mikirin Kalea". Ayah juga menyelesaikan makannya, berlalu pergi keluar
"Apa aku emang salah?, apakah seharusnya aku ikhlasin adek?". Pikir ibu dalam hati
Saat sedang bermenung, bel pintu rumah berbunyi, "halo?, ada orang aku disini orang baru." Suara sangat lembut suara seorang anak kecil
Ibu bergegas membuka pintu, saat dilihat. Ternyata itu seorang anak perempuan kecil
"Adek?." Tanya ibu pada anak itu
"Aku bukan adek Tante, aku Lilia, aku tetangga baru.
Salam kenal Tante."Ucapnya dengan penuh semangat
"Ohh, yaampun. Maaf ya, kamu mirip anak Tante yang udah meninggal."
Ia terlihat bingung,"Beneran nte?, aku mau lihat dong." Ucapnya semangat
Ibu lalu mengajaknya ke rumah, menunjukkan foto foto adek. Lilia ikut tersenyum karna wajahnya yang mirip dengan adek. Seharian ia habiskan waktu dengan bunda
Sampai aku tiba dirumah, "Ibu, nggak jadi kema-." Aku kaget melihat ibu yang tersenyum sangat lebar dengan anak yang sangat mirip dengan adek
Ibu melirikku dan mengajakku bergabung, "Ayo sini, Lilia lihat itu. Namanya kak Kalea ya."
"Hai kak Kalea."
Aku ikut tersenyum anak kecil itu terlihat sangat manis. Kami habiskan waktu bersama sama
Sampai akhirnya Lilia berpamitan karna ibunya memanggilnya, saat ituku putuskan untuk meminta maaf kepada ibu atas ucapanku tadi pagi
Aku mendekat kearah ibu,"Bu, maafin Lea ya. Tadi Lea emosi, maaf yaa."
Ibu memelukku,"Nggak sayang, ibu yang salah. Ibu selama ini egois, setelah melihatmu dan Lilia hati ibu terasa hangat, besok kamu liburkan?, gimana kalau kita masak bareng Lilia?."
Aku tersenyum lalu mengangguk
Besoknya terasa lebih menyenangkan karna ibu terlihat lebih ceria. Aku merasa sangat senang dengan perubahan sikap ibu ini, sebaliknya ayah malah bingung
"Kenapa ibumu Lea?."
Aku tersenyum, "Kemaren ada anak kecil yah, mirip banget sama adek namanya Lilia. Ibu sama dia jadi dekat deh."
"Bagus deh kalau gitu, akhirnya ayah bisa lihat ibumu tersenyum lagi."
"Ya, ayah".